JenisPermasalahan Pokok Pendidikan. pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud yaitu: 1. Masalah pemerataan pendidikan. 2. Masalah mutu pendidikan. 3. Halo Siti, kakak bantu jawab ya Jawaban yang benar adalah b. kemiskinan. Pembahasan Kemiskinan menjadi permasalahan diberbagai negara terutama untuk negara-negara berkembang. Kemiskinan menjadi akar permasalahan lain di negara tersebut. Jika di suatu negara terdapat banyak penduduk miskin, maka anggota keluarga yang tergolong kedalam usia sekolah, tidak bisa melanjutkan pendidikannya karena terhalang biaya dan keharusan mencari tambahan penghasilan. Tingkat pendidikan yang rendah akan berdampak pada peluang untuk memperoleh pekerjaan, yang menyebabkan keluarga miskin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Kemiskinan juga menjadi penyebab permasalahan dibidang kesehatan. Biaya yang tidak bisa mencukupi asupan gizi keluarga, menyebabkan anggota keluarga rentan sakit dan mengidap permasalahan dibidang kesehatan. Jadi jawaban yang benar adalah b. kemiskinan. Semoga jawabannya membantu

MenurutInstitute for Ecologycal Studies (Infest), banjir bandang akan menjadi ancaman bencana di kawasan perkotaan Garut dengan siklus cukup pendek, yakni 6 tahun sekali. Siklus 6 tahun tersebut diambil dari banjir bandang yang disebabkan meluapnya Sungai Cimanuk 6 tahun lalu. Sejak banjir bandang 6 tahun lalu, Infest menilai pemerintah daerah

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Fakta yang dipaparkan pada website cukup membuat masyarakat terkejut. Pasalnya di awal tahun 2023, terdapat 7,9 juta orang Indonesia masih pengangguran 05/05/23. Ditambah dengan adanya data yang diunggah oleh akun twitter 20/05/23, memaparkan data BPS Badan Pusat Statistik yang menunjukkan grafik jumlah pekerja dan lowongan kerja yang terdaftar di Indonesia. Grafik itu menyatakan bahwa jumlah lowongan kerja tidak sebanding dengan jumlah pelamarnya sehingga mengakibatkan ketimpangan yang tentunya menyumbang angka pengangguran yang juga tinggi. Di sisi lain, BPS mengatakan bahwa angka pengangguran tahun ini sudah tergolong rendah dibandingkan tahun 2022. Jika dipikir kembali, meskipun angka pengangguran dari tahun ke tahun semakin menurun, tetapi hal tersebut tidak berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Bisa dilihat pada data yang diunggah melalui website Kementerian Keuangan KEMENKEU yang memaparkan data dari September 2022 hingga Januari 2023 terdapat 26,36 juta jiwa yang berada di bawah garis kemiskinan 16/01/23. Hal ini disebabkan Indonesia mengalami inflasi besar-besaran yang bersumber dari peningkatan harga komoditas global, khususnya energi dan pangan, akibat perang di Ukraina. Kenaikan inflasi ini tergolong sangat tinggi selama empat dekade terakhir dibandingkan negara-negara lain. Sungguh pengangguran sebetulnya merupakan masalah serius. Sebab, pengangguran merupakan akar dari banyak masalah. Masalah ini akan melahirkan angka kriminalitas yang tinggi. Selain itu, beban yang ditanggung negara pun semakin berat karena tingginya angka pengangguran. Hal itu tentu menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi yang akan berdampak bagi suatu dikaji lebih dalam penyebab naiknya angka pengangguran dan kemiskinan di Indonesia, ternyata sistem kapitalisme lah yang menjadi pelaku utama. Hal ini dikarenakan dalam sistem kapitalisme, adanya kerjasama multipihak antara unsur pemerintah, akademisi, pebisnis, masyarakat, dan media yang bertujuan untuk mengkapitalisasi inovasi yang sudah dikembangkan menjadi suatu produk atau jasa. Dapat dilihat dari kebijakan pemerintah yang hanya mengandalkan swasta dalam menciptakan lapangan kerja di mana kesejahteraan pekerja tidak menjadi prioritas utama melainkan hanya mengedepankan profit atau keuntungan yang didapat di dalamnya. Itu sangat bertentangan dengan tugas pemerintah yang seharusnya menjamin kesejahteraan masyarakat. Ditambah dengan ketidaksesuaian fungsi negara yang memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, menyiapkan sumber daya manusia yang handal sekaligus menciptakan lapangan kerja sesuai kebutuhan masyarakat. Realita ini sungguh menyedihkan. Bagaimana tidak, ketika masyarakat yang memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pada penguasa dengan harapan mereka akan sejahtera, penguasa malah berlepas tangan dalam mengurusi rakyatnya dan memberi jalur VIP kepada pihak swasta semata-mata demi keuntungan semata. Lalu ke mana lagi masyarakat akan percaya? Kemana lagi masyarakat akan mengadukan semua permasalahan ini? Satu-satunya harapan masyarakat bisa dicapai dengan Islam. Hanya dalam Islam, penguasa yang menjalankan pemerintahan berperan penting untuk menyejahterakan masyarakat. Penguasa sebagai pelayan negara yang akan mengurusi rakyat. Permasalahan kecil bahkan masalah besar sekalipun yang ada di tengah-tengah masyarakat, penguasa harus sanggup menyelesaikannya. Dalam kasus pengangguran ini, penguasa sangat berperan untuk menyediakan infrastruktur, menyiapkan sumber daya manusia yang handal, dan membuka lapangan kerja untuk masyarakat. Islam juga mengatur apa saja yang menjadi kepemilikan negara dan kepemilikan individu. Hal itu bisa mencegah pihak asing atau swasta masuk dengan seenaknya dan mengambil apa-apa yang menjadi kepemilikan negara yang seharusnya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam Islam, terdapat mekanisme dalam menjamin pendapatan di tiap keluarga sehingga tidak akan ada lagi kepala keluarga yang mengeluhkan keterbatasan biaya dalam menghidupi keluarganya. Tidak akan ada lagi para ibu yang kesusahan mencari tambahan uang. Tidak akan ada lagi anak yang bingung dalam mengenyam pendidikan dikarenakan biaya yang mahal. Tidak akan ada lagi pemuda yang gundah gulana ketika memikirkan lowongan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Tidak akan ada lagi....Sungguh mulia pengaturan dalam sistem Islam. Semua permasalahan yang menjerat individu, masyarakat, bahkan negara pun diatur secara penuh. Kehidupan semua masyarakat akan terjamin jika sistem islam Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya AkarPenyebab Krisis. Dalam perspektif Ekonomi Islam, akar penyebab krisis ekonomi Kapitalisme yang utama adalah riba dengan berbagai bentuknya. Terutama dalam wujud perbankan ribawi, mata uang berbasis dolar/fiat money, pasar saham dan sektor ekonomi non-riil. Banyak ayat al-Quran melarang riba (baik ringan maupun berat). translation by you can also view the original English article Tiap bulan, timmu kelihatan sangat berkerja keras untuk mencapai goalnya. Namun tiap bulan, saat sudah dekat dengan deadline, kamu mendapatkan timmu tertinggal di belakang. Di bulan Maret, seseorang memberitahumu bahwa masalahnya adalah kesalahan software. Sehingga kamu membeli software baru. Di bulan April, kamu mendengar bahwa kekurangan material pemasaran merupakan penyebab masalahnya, sehingga kamu menulis memo ke Direktur Marketing, meminta penjelasan. Di bulan Mei, timmu terlambat lagi; kali ini, seorang anggota tim menjelaskan bahwa masalahnya terkait dengan melambatnya jaringan. Sehingga kamu memanggil IT untuk menyelesaikan permasalahan. Sekarang sudah bulan Juni, dan kamu melihat goal yang terlewatkan lagi. Dan kamu kesal dan lelah dalam menyelesaikannya. Pasti ada sesuatu yang menjadi sumber semua goal yang terlewatkan ini, dan kamu ingin mencari tahu apa permasalahan sebenarnya dan menanganinya. Sekali dan untuk semuanya. Ini adalah tugas untuk Analisis Akar Masalah. Analisis akar masalah, menurut Departemen Layanan Badan Usaha Negara Bagian Washington, adalah "sebuah proses sistematis untuk mengidentifikasi 'akar penyebab' permasalahan atau kejadian dan sebuah pendekatan untuk menanganinya. [Itu] berdasarkan pada ide dasar bahwa manajemen yang efektif memerlukan lebih dari sekedar 'memadamkan api' untuk masalah yang berkembang, namun menemukan sebuah cara upk mencegahnya. Analisis Akar Masalah seringkali—walaupun tidak selalu—diasosiasikan dengan Six Sigma, sebuah kumpulan tool bisnis yang dikembangkan oleh Motorola selama tahun 1980. Tujuan Six Sigma adalah menentukan dan berusaha untuk mencapai standar yang sangat tinggi secara konsisten melalui sebuah proses evaluasi dan perbaikan yang berkesinambungan. Apa kamu siap untuk mendapatkan akar permasalahan timmu? Gejala Vs Penyebab Bayangkan kamu tidak pernah mendengar tentang pilek. Kemudian suatu hari, kamu mengalami hidung tersumbat, demam, sakit kepala, dan batuk. Kamu melihat setiap gejala terpisah sebagai masalah yang unik, dan kamu melihat diri sendiri menderita penyakit yang luas—masing-masing lebih parah dari yang sebelumnya. Kamu menangani hidung tersumbat dengan decongestant, demam dengan aspirin, dan batuk dengan sirup obat batuk. Paling tidak untuk sementara waktu, kamu merasa lebih baik. Dalam dalam beberapa jam, tiap gejala tersebut muncul kembali. Kamu mulai putus asa bahwa tidak ada obatnya sama sekali. Kemudian kamu mengalisa gejalanya, menyadari bahwa mereka semua muncul pada saat yang bersamaan. Kamu melakukan sedikit riset, dan kamu menemukan bahwa kamu tidak mengalami empat penyakit yang berbeda. Kamu hanya memiliki penyakit tunggal yang dapat ditangani secara sangat sederhana dengan kombinasi istirahat, banyak minum, dan berlalunya waktu. Di dalam contoh bisnis di atas, kamu melihat rangkaian gejala—deadline yang terlewat, masalah software, masalah konektifitas, kurangnya material marketing—namun kamu belum mendiagnosa permasalahan yang mendasarinya. Analisis Akar Masalah membolehkan manager bisnis sepertimu menganalisis gejala sebuah permasalahan dan mendiagnosa permasalahan yang sebenarnya. Setelah kamu tahu apa permasalahan mendasarnya, kamu memiliki kesempatan yang jauh lebih baik dalam menyelesaikan gejala tersebut—secara permanen! Menggali Lebih Dalam Ke Dalam Akar Permasalahan Tujuan dari Analisis Akar Masalah sederhana menentukan alasan mendasar atau alasan suatu permasalahan dan menghilangkan alasan tersebut. Namun prosesnya tidak sesederhana itu. Ada banyak tool untuk Analisis Akar Masalah yang akan kita jelajahi lebih mendalam lagi nantinya dalam artikel ini, dan banyak langkah sepanjang proses menganalisa sebuah akar masalah. Yang manapun tool yang kamu pilih untuk Analisis Akar Masalah, kamu akan melalui tahapan dasar yang sama Menentukan permasalahannya. Menentukan alasan permasalahan. Menentukan kondisi penyebab munculnya permasalahan itu. Menyusun solusi. Menerapkan solusi. Mengevaluasi keberhasilan solusi. Mari melihat tiap langkah-langkah ini lebih mendalam Langkah 1 Pertama-tama, kamu akan menentukan masalahnya—dan kebanyakan masalah tampak sederhana. Kita tetap melewatkan goal kita. Kita memiliki semangat rendah di tempat kerja. Produk kita cacat. Namun pernyataan sederhana ini bisa jadi berapa hasil dari sebuah kumpulan permasalahan dan keadaan yang kompleks. Sebelum menerima sebuah penjelasan masalah yang sederhana, layak untuk menggali lebih dalam dengan mengajukan pertanyaan seperti "bagaimana semangat yang rendah diungkapkan?" atau "dalam cara apa produk kita cacat?" Semakin kamu mengenali gejalanya, semakin baik kamu akan dapat mendiagnosa permasalahan yang mendasar. Langkah 2 Setelah kamu menentukan masalahnya, kamu dan timmu akan melakukan brainstorming alasan potensial mengapa masalah itu muncul. Ini bukanlah akar masalahnya; namun, mereka ada tempat memulai untuk menurunkan akar masalahnya. Alasan-alasan ini mungkin berupa orang Joe menolak untuk memperbarui software virus, organisasi tidak ada yang memberitahu bagian marketing apa yang mereka butuhkan hingga sudah terlambat atau fisik mobil saya mogok sehingga saya terlambat datang ke rapat klien. Langkah 3 Sekarang, waktunya untuk menentukan kondisi yang mendasari atau akar permasalahan di belakang masalah yang telah kamu tentukan. Ada banyak tool yang tersedia untuk melakukan ini, namun mereka semua memiliki kemampuan umum untuk membantumu menggali di bawah permukaan. Proses brainstorming akan memakan waktu, dan mungkin bahkan memerlukan sedikit riset. Mengapa Joe menolak untuk mengupdate software virus? Apa yang membuat celah komunikasi antara bagian marketing dan lainnya di dalam perusahaan? Dalam jangka panjang, kamu akan memiliki pemahaman yang kuat terhadap masalah yang mungkin akan jauh lebih signifikan atau melebar dari yang kamu kira. Langkah 4 Setelah kamu mengerti akar masalah yang sebenarnya, kamu dapat mulai menyusun solusinya. Tentu saja, solusi itu mungkin tidak sesederhana "memperbarui software anti-virus." Itu mungkin memerlukan pemikiran ulang proses di belakang pembaruan software—atau memilih sistem software baru secara keseluruhan. Itu mungkin berujung pada penyusunan ulang organisasi untuk meningkatkan komunikasi. Apapun solusi yang kamu kembangkan, kamu juga akan perlu untuk memikirkan melalui tahapan yang diperlukan untuk dapat menerapkannya dengan sukses dan mengevaluasinya. Langkah 5 dan 6 Penerapan dan evaluasi sebuah solusi relatif mudah. Kunci untuk penerapan adalah perencanaan dan memastikan pemahaman semua tingkatan. Evaluasi dapat dilakukan dalam banyak cara berbeda, namun apapun metodemu, proses dasarnya sama dengan mengajukan pertanyaan, seperti "apakah gejalanya hilang?" atau "apakah masalahnya terselesaikan?" Kamu akan menentukan apakah prosesmu telah berhasil. Ada Banyak Tool Untuk Analisis Akar Masalah Analisis Akar Masalah adalah tool bisnis yang sangat populer, dan sebagai hasilnya banyak ahli teori bisnis telah mengembangkan tool yang berbeda untuk menyelesaikan pekerjaan. Beberapa tool ini cukup sederhana; sementara yang lainnya cukup kompleks. Tool pilihanmu akan tergantung pada kerumitan masalah, ukuran bisnis, dan sumber daya dan waktu yang tersedia. Berikut hanya sebagian kecil pilihanmu Lima Mengapa Proses ini dalam banyak cara, sesederhana kedengarannya. Itu adalah proses mengajukan serangkaian pertanyaan, dimana masing-masing pertanyaan membawamu semakin dalam. Sebagai contoh Kita tidak dapat menghasilkan klien baru. Mengapa? Karena kita tampil jelek dalam presentasi klien. Mengapa? Karena kita tidak memiliki material yang diperlukan untuk membuat kesan yang baik. Mengapa? Karena Divisi Marketing belum memperbarui PowerPoint dan brosurny. Mengapa? Karena divisi Marketing tidak memiliki informasi yang diperlukan untuk membuat PowerPoint dan brosur terbaru. Mengapa? Karena informasi tersebut telah berada di dalam kotak "in/masuk" direktur IT selama enam minggu. Tentu saja, ini adalah versi sederhana dari 5 Mengapa, namun kamu dapat melihat seberapa cepatnya masalah muncul—dalam kasus ini, kesulitan dengan membuat penjualan—dapat dilacak ke permasalahan organisasi internal hanya dengan bertanya "mengapa" berulang-ulang. Analisis Sebab dan Akibat Teknik "pemetaan pikiran" ini menggunakan sebuah diagram fishbone, brainstorming, dan analisis untuk menentukan penyebab yang mendasari sebuah masalah atau issue di dalam organisasi. Bersama-sama, sebuah kelompok menentukan permasalahan, kemungkinan penyebab masalah, dan kemudian alasan yang mungkin ada di balik masalah. Setelah dipetakan, kelompok tersebut dapat menganalisa hasilnya, menentukan penyebab yang paling mungkin, dan mulai mengembangkan ide untuk menyelesaikan akar masalah ini. Analisis Pareto Berdasarkan teori di balik Analisis Pareto, 20% penyebab membawa pada 80% hasil. Ini berlaku untuk hasil yang negatif dan positif. Dengan menganalisis dan memberikan skor hasil negatif terhadap berbagai penyebab, mungkin untuk menentukan 20% yang paling berpengaruh—dan kemudian menargetkan penyebab untuk untuk tindakan positif. Dengan kata lain, Analisis Pareto membolehkanmu untuk menentukan masalah mana yang benar-benar penting, dan mengambil tindakan untuk menghilangkannya. Apakah Analisis Akar Masalah Berfungsi? Bagi tiap perusahaan, dan untuk tiap situasi, tool dan proses yang berbeda akan menghasilkan informasi tentang Akar Masalah. Di Boeing, Analisis Akar Masalah terhadap permasalahan dengan pesawat C17 akhirnya menghasilkan Sistem Manajemen Keselamatan Terpadu, yang memiliki 12 elemen esensial, termasuk proses komunikasi terbuka dan goal dan tantangan yang menantang. Berikut bagaimana proses dijelaskan di dalam artikel berjudul "Perjalanan Yang Luar Biasa". Tool dan data [Analisis Akar Masalah], dan juga keterlibatan pemegang saham, menemukan tujuh akar masalah final mengapa program C-17 memakan banyak hari kerja dan biaya kompensasi pekerja yang tinggi. Akar masalah ini—yang divalidasi oleh tim menggunakan metode yang sama, tool dan data—adalah Tidak ada tanggung jawab pribadi untuk pelaksanaan keselamatan. Kurangnya komunikasi. Prosedur, pelatihan dan aturan yang tidak memadai. Kurangnya komitmen manajemen. Bukan sebuah prioritas bisnis. Tidak ada keselamatan yang terpadu. Kebudayan berpuas diri akan keselamatan. Setelah menilai keadaan terkini, menentukan akar masalah dan melibatkan pemegang saham, tim mengembangkan dan menyebarkan sebuah Sistem Manajemen Keselamatan Terpadu C-17, yang dipercayai anggota tim sebagai fondasi dalam mencapai kebudayaan keselamatan kelas dunia. Jika Analisis Akar Masalah dapat berhasil untuk Boeing, peluangnya adalah itu juga dapat berhasil untuk perusahaanmu. Kuncinya adalah memulai dengan pertanyaan yang tepat, memilih alat yang tepat, dan menindaklanjuti untuk memastikan analisis tersebut membawa pada tindakan—dan bukan berujung pada jalan buntu. Dengan menggunakan tool seperti Analisis Sebab dan Akibat, Analisis Pareto, dan Lima Mengapa, perusahaan di seluruh dunia dapat mencari akar dari permasalahan yang serius dan merencanakan untuk berhasil. Di dalam seri Analisis Akar Masalah ini, kita menggali lebih dalam pada tiap strategi ini, memberikan timmu tool penyelesaian masalah yang diperlukan. Sumber Kredit Grafis Kunci Inggris didesain oleh Tony Gines dari Noun Project. bermazhabSyi'ah. 7 Fakta lainnya adalah bahwa pemerintahan Assad didukung oleh Iran dan gerakan Hizbullah, Iran merupakan negara yang bermazhab Syi'ah dan Hizbollah adalah gerakan berhaluan Syi'ah yang bermarkas di Lebanon. Sebaliknya para penentang Assad mendapat dukungan negara-negara yang bermazhab Sunni seperti Arab Saudi, Quwait
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. MEMAHAMI KERUSAKAN LINGKUNGAN DI NEGARA BERKEMBANG DENGAN PRESPEKTIF TEORI MARX Jikalau dulu Marx tidak habis-habisan mengkritik kaum kapitalis yang mengekspolitasi kaum buruh, mungkin budaya kapitalis akan tumbuh subur di kebanyakan negara dunia ketiga ketika era modernisasi ini menghunus pemikiran-pemikiran kritis yang sadar akan lingkungan. Tidak ada maksud sama sekali untuk menyamakan orang yang peduli dengan lingkungan sebagai pengikut Marx. Tetapi hal yang menarik yang perlu kita lihat adalah suatu fenomena yang tanpa kita sadari secara langsung maupun tidak, kapitalisme telah menjadi bibit-bibit kecil yang mengantarkan pemikiran manusia yang menjelma menjadi perilaku perusak. Perilaku orang-orang berkuasa yang haus akan kekayaan dan kekuasaan akan terus mempertahankan apa yang dia punya dengan cara apapun. Perilaku-perilaku seperti inilah yang menyebabkan terjadinya ekspolitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam yang merupakan faktor produksi secara ekonomi dan kemudian menyebabkan terjadinya kerusakan pada lingkungan. Pemikiran-pemikiran kritis kemudian muncul sebagai usaha untuk menyelamatkan lingkungan. A. Pendahuluan “Kami punya banyak alasan untuk membatalkan kontrak-kontrak tambang itu. Seandainya perusahaan-perusahaan pertambangan itu menggugat kami untuk membayar kompensasi, itu lebih murah daripada harus membayar kerugian negara dan kehancuran lingkungan hidup.” Pernyataan tegas di atas disampaikan Presiden Kostarika pada bulan Juli 2002, dalam sebuah deklarasi damai terhadap alam dan lingkungan. Presiden Abel Pacheco, berani membuat keputusan untuk melarang praktik pertambangan terbuka walaupun tengah menghadapi gelombang ancaman dari pelaku pertambangan internasional yang akan menggugat pemerintah Kostarika ke pengadilan arbitrase internasional. Namun, keteguhan akan sebuah masa depan bangsa yang lebih baik, tidak menyurutkan langkah Presiden Abel Pacheco untuk kukuh menolak praktik pertambangan terbuka di Kostarika. Keunggulan dan kemenangan kapitalisme memang sangat mengesankan. Lebih dari dua abad setelah terbitnya buku The Wealth of Nation karya mahaguru kapitalisme Adam Smith, sistem ekonomi kapitalistik berhasil mengalahkan semua pesaingnya dari ideologi lain. Pada akhir Perang Dunia II, hanya dua kawasan bumi yang tidak komunis, otoriter, atau sosialis, yakni Amerika Utara dan Swis. Kini selain kita menyaksikan negara-negara komunis rontok satu demi satu, hampir tak ada satupun negara yang saat ini bebas dari Coca-cola, McDonald, KFC dan Levis, lambang supremasi corporate capitalism yang menguasai sistem ekonomi abad 21. Namun demikian, setelah kapitalisme memonopoli hampir seluruh sistem ekonomi, kini semakin banyak yang menggugat apakah sistem yang didasari persaingan pasar bebas ini mampu menjawab berbagai permasalahan nasional maupun global. Sejarah juga menunjukkan bahwa kapitalisme bukanlah piranti paripurna yang tanpa masalah. Selain gagasan itu sering menyesatkan, terdapat banyak agenda pembangunan yang tidak mengalir jernih dalam arus sungai kapitalisme. Masalah seperti perusakan lingkungan, meningkatnya kemiskinan, melebarnya kesenjangan sosial, meroketnya pengangguran, dan merebaknya pelanggaran HAM serta berbagai masalah degradasi moral lainnya ditengarai sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari beroperasinya sistem ekonomi kapitalistik. Sekurangnya ada dua argumentasi yang melandasi anggapan tentang masalah lingkungan hidup tertanam di dalam kapitalisme. Pertama, dengan berbasis kompetisi, sebagai karakter utama sistem ini adalah perlombaan produksi komoditas semurah mungkin, di mana sumber daya alam disubordinasikan ke dalam logika ini. Tidak heran eksploitasi dan karenanya destruksi terhadap alam dan juga buruh menjadi keharusan. Karakter kedua dari sistem ini adalah keharusan akumulasi tanpa batas melalui ekspansi spasial yang progresif. Korporasi-korporasi transnasional bergerak leluasa melintasi tembok-tembok negara untuk mengonversi permukaan bumi untuk industri ekstraktif. Pada masa lalu, praktiknya melalui kolonialisme, dan dalam 40 tahun terakhir, berlangsung di bawah rubrik neoliberalisme. Bukan saja sebagai class project’, tetapi juga sebagai ecology project , seperti disebut ahli geografi Jasson W Moore Ecology & the Accumulation of Capital, neoliberalisme mempercepat perusakan lingkungan dengan dampak multi-skalar, dari lokal ke global. China merupakan contoh terang. Pertumbuhan luar biasa setelah menerapkan ekonomi pasar, dicapai berkat ongkos produksi rendah, melalui eksploitasi buruh murah yang melimpah ruah dan mengabaikan lingkungan hidup. Sejumlah pengamat memprediksi, dengan terus mempertahankan model pertumbuhan ekonomi tidak berkelanjutan seperti sekarang, dalam waktu tidak lama China bakal terperangkap krisis energi, kemerosotan drastis produksi bahan pangan, dan bencana alam Prespektif Marxis Tentang Kerusakan Lingkungan di Negara Berkembang Dua aspek dari teori Marxis yang paling relevan untuk memahami dan melakukan aksi atas isu-isu tentang ekologi serta lingkungan adalah materialism dialektik dan teori akumulasi. Materialisme dialektik, sebagai filsafat, menjadi ada dan menyadari relevansinya dengan diskusi ekologi karena implikasinya pada cara kita memahami alam. Kini sudah menjadi pemahaman umum di kalangan ekologis profesional bahwa alam tidaklah statis, bukan sesuatu yang selalu sama, sekalipun tanpa gangguan manusia. Dengan ukuran komunitasnya maupun dengan ukuran biosfernya, alam tidak berada dalam keseimbangan” , tidak juga berada dalam “keadaan terbaik”-nya. Kita tahu tidak ada kekuatan apapun yang dapat memastikan kesetimbangan stabil dari jumlah populasi ataupun komposisi spesies dari komunitas-komunitas. Jadi pernyataan tentang keseimbangan dan keselarasan bersifat idealis dan ideologis. “Keseimbangan alam” dinyatakan sebagai analog dari “tangan yang tak terlihat” dalam ekonomi—di mana persaingan di antara kekuatan-kekuatan yang berbeda dianggap akan meleburkan dirinya dalam sistem yang seimbang dan stabil. Aspek khusus lain yang relevan dari Marxisme adalah teori akumulasi, yang menjelaskan bahwa syarat pertumbuhan kapitalisme dihasilkan dari upaya kekuatan-kekuatan perusahaan dalam menghadapi tekanan-tekanan kompetisi di antara mereka, sehingga memaksa mereka memotong biaya dan mengakumulasikan modal sebagai cara untuk bertahan hidup. Teori tersebut menjelaskan kebutuhan kekuatan-kekuatan kapitalis yang berkompetisi untuk mengeksternalkan sebanyak mungkin biaya produksi menjadi beban masyarakat dalam jumlah besar, termasuk biaya “cuci tangan”—berupa insentif tetap bagi aktivitas produksi dan konsumsi yang menghasilkan banyak limbah; dan ekspansi internasional kekuatan kapitalis ketika mereka mencari pasar baru, sumber daya baru dan, lebih banyak lagi tempat baru untuk membuang limbahnya. Sehingga, terdapat konflik mendasar antara kapitalisme dan rasionalitas ekologis. Seperti yang dikatakan oleh Paul Sweezy, bahwa catatan buruk di bidang lingkungan kapitalisme disebabkan oleh sifat bawaannya yang mengusung proses akumulasi modal yang tak terkendali. Sistem tersebut tak memiliki mekanisme pengerem/pengendali selain krisis ekonomi berkala; satuan-satuan individual yang menyusunnya—modal yang terpisah-pisah— harus tanggap terhadap peluang-peluang meraup keuntungan dalam jangka pendek, atau tersingkir; tak ada bagian dalam sistem itu yang membuka diri atau sesuai dengan suatu perencanaan jangka panjang yang mutlak sangat penting bagi pelaksanaan sebuah program ekologi yang efektif Sistem kapitalis internasional dipercayai oleh para marxis tidak akan menghasilkan distribusi yang merata. Negara-negara sedang berkembang itu miskin karena sejarah menempatkan mereka pada posisi subordinate dan kondisi ini bertahan terus sejauh mereka menjadi bagian dari sistem kapitalis internasional itu. Sistem pasar internasional pada dasarnya ada di bawah kendali dari negara-negara berkembang dan karena itu cara kerjanya menimbulkan kerusakan pada negara sedang berkembang. Atau secara kasar dikatakan bahwa operasi pasar internasional memungkinkan negara berkembang untuk mengeksploitasi kekayaan ekonomi dari negara yang sedang berkembang. Perdagangan antara negara berkembang Utara dan negara sedang berkembang Selatan adalah hubungan tukar- menukar yang tidak setara karena pasar internasional yang ada di bawah kontrol negara-negara maju saat ini menyebabkan merosotnya harga bahan mentah yang dihasilkan oleh negara-negara Selatan dan meningkatnya harga produk industri yang dihasilkan oleh negara-negara Utara. Yang disebut terms of trade ini memang merugikan negara Selatan. Lebih parahnya, perdagangan internasional justru mendorong negara-negara Selatan untuk memusatkan diri pada bentuk produksi yang terbelakang yang sulit akan mendorong terjadinya pembangunan. Investasi asing semakin menimbulkan hambatan dan distorsi bagi negara- negara Selatan. Mereka memegang kontrol atas industri lokal yang paling dinamis dan mengeruk surplus ekonomi dari sektor ini dengan cara repatriasi keuntungan, royalty fees, maupun lisensi-lisensi. Menurut teori marxis, jelas terjadi aliran modal ke luar dari Selatan ke Utara. Tambah lagi, investasi asing dapat menimbulkan pengangguran karena mereka mendirikan pabrik- pabrik yang padat modal. Akibatnya, terjadilah distribusi pendapatan yang semakin tidak merata, menggusur modal lokal dan pengusaha lokal. Akibat yang tidak kalah menakutkan adalah terjadinya produksi yang berorientasi untuk ekspor saja dan karena itu dihasilkan pola konsumsi yang tidak aneh. Teori marxis mengkritik sistem keuangan internasional. Perdagangan dan investasi mencabut modal dari Selatan dan memaksa negara-negara Selatan meminjam dari institusi keuangan Utara, baik swasta maupun publik. Namun, debt service dan pembayaran utang mengakibatkan terkurasnya kekayaan mereka. Bantuan asing ternyata tidak membantu sebagaimana sering diyakini. Bantuan asing malah memperparah distorsi pembangunan negara-negara Dunia Ketiga yang diperintahkan untuk menggalakkan investasi asing dan perdagangan internasional. Akibatnya, tujuan pembangunan sejati terlupakan, yaitu kesejahteraan seluruh bangsa. Teori marxis menunjukkan bahwa dalam kerangka sistem perdagangan internasional ini, di tiap-tiap negara berkembang muncullah kelas yang menjadi “client” dari negara berkembang. Elite lokal yang demi kepentingan diri mereka sendiri ingin melanggengkan kekuasaan mereka dengan senang hati bekerja sama dengan elite kapitalis internasional. Kerja sama seperti ini yang melanggengkan sistem kapitalis internasional. Ada teori lain yang juga mengkritik teori liberal. Seperti halnya teori marxis, teori strukturalis berpendapat bahwa struktur pasar internasional melanggengkan keterbelakangan dan ketergantungan, dan pada akhirnya mendorong ketergantungan negara sedang berkembang kepada negara berkembang. Sebagai seorang strukturalis, Gunnar Myrdal mengatakan bahwa pasar cenderung untuk menyukai kelompok orang atau negara yang telah memiliki sumber kekayaan. Sebaliknya, ia akan mengempaskan yang belum berkembang. Perdagangan internasional yang tidak beraturan dan juga gerakan modal yang bebas akan memperparah ketimpangan internasional. Pasar internasional yang berat sebelah seperti ini, menurut kelompok strukturalis, bertumpu pada ketimpangan yang ada dalam perdagangan internasional. Perdagangan tidak bekerja sebagai mesin pertumbuhan, tetapi malah memperlebar jurang antara negara berkembang dan negara sedang berkembang. Pertama, ini terjadi karena terms of trade yang merosot terhadap negara sedang berkembang. Permintaan akan ekspor produk primer yang berasal dari negara berkembang tidaklah elastik, kecuali itu kompetisi pasar internasional menyebabkan harga dari produk-produk itu semakin murah. Kedua, struktur monopoli negara-negara berkembang dan meningkatnya permintaan akan barang-barang jadi menyebabkan naiknya harga produk industri dari negara berkembang. Jadi, dalam kondisi pasar yang normal, perdagangan internasional sebenarnya memindahkan pendapatan dari negara sedang berkembang Selatan ke negara berkembang Utara. Perdagangan internasional, menurut kelompok strukturalis, membawa efek negatif terhadap pembangunan sebuah negara. Spesialisasi yang dijalankan oleh negara-negara berkembang pada ekspor barang-barang yang sudah ketinggalan tidak dapat mendorong perekonomian negara itu. Ini bertentangan dengan pendapat teoretisi liberal, tentu saja. Sebaliknya, perdagangan menciptakan sektor ekspor yang advanced yang hanya kecil atau malah tidak menimbulkan efek pada ekonomi. Dengan kata lain, perdagangan menimbulkan dual economy dalam sebuah negara, sektor yang diperuntukkan ekspor yang sudah maju dan ekonomi pada umumnya yang belum maju. Penanaman modal asing juga melahirkan situasi berat sebelah. Investor asing pada dasarnya menjauhi negara sedang berkembang. Kalau toh mereka datang ke negara berkembang, mereka hanya mengarahkan diri pada sektor ekspor, dan karena itu makin memperparah dual economy dan efek negatif dari perdagangan. Tambah lagi, investasi asing dapat mendorong mengalirnya keuntungan ke negara majuC. KesimpulanPermasalahan- permasalahan ekologi adalah masalah politis dalam makna bahwa masalah-masalah tersebut dihasilkan atau sangat dipengaruhi oleh kesenjangan- kesenjangan kontrol atas sumber daya dan kekuatan politik di antara kelompok-kelompok dan bangsa-bangsa;Ekologi tidak dapat menjadi program politik itu sendiri, melainkan harus menjadi bagian dari analisa dan program yang lebih luas;Perlu memehami kapitalisme, dan khususnya dinamika akumulasi modal, agar mengerti mengapa kerusakan lingkungan terjadi dan akan terus berlanjut dalam dunia yang kapitalistik;Oleh karena mobilitas dan ekspansi modal, serta melemahnya negara-bangsa, maka perlu mengkoordinasikan strategi secara internasional. Pustaka Andre Gorz, Ecology as Politics Boston South End Press, 1980. Arthur MacEwan, Why Are We Still Socialist and Marxist After All This? Dalam Socialist Register 1990, editor oleh Ralph Miliband dan Leo Panitch London Merlin Press, 1990. Barry Commoner, Ecosphere vs Technosphere Ending the War Against Earth, The Nation, 30 April 1990. Edi Suharto, PhD, Globalisasi, Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan Mengkaji Peran Negara dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia. Edi Suharto, PhD, Globalisasi, Kapitalisme dan Negara Kesejahteraan Mengkaji Peran Negara dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial di Indonesia. Gagasan tersebut disajikan dan dikaji oleh Richard Lewontin dalam esainya yang tidak dipublikasikan pada tahun 1989 Dialectics of Nature. Analogi “tangan yang tak terlihat” dibuat untuk saya oleh seorang ekologis, Douglas Bucher. James O’Connor, Zeta, Juni 1989, halaman 32. Konsep dan istilah tersebut terdapat dalam esai Richard Levins yang tidak dipublikasikan Toward a Gentle, Thought-Intensive Technology, 1985. Lihat, misalnya, John Vandermeer, A Struggle on Two Fronts the Greening of Nicaragua, Green Letter, Spring, 1990. Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga edisi kedelapan, Jakarta Penerbit Erlangga, 2003, hal. 262 – 268 Michael Redclitt, Turning Nightmares into Dreams the Green Movement in Eastern Europe, The Ecologist, September-Oktober, 1989, halaman 178. Michael Redclitt, Turning Nightmares into Dreams, halaman 182. Paul Sweezy, Socialism and Ecology, Monthly Review, September 1989, halaman 2. Paul Sweezy, Socialism and Ecology, Monthly Review, September 1989; Paul Sweezy dan Harry Magdoff, Capitalism and The Environment, Monthly Review, Juni 1989. Richard Levins dan Richard Lewontin, editor, The Dialectical Biologist Cambridge Harvard University Press, 1985. Suwarno dan Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarat Pustaka LP3ES Indonesia, 1994, hal. 240-242 Suwarno dan Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarat Pustaka LP3ES Indonesia, 1994, hal. 92 Lihat Politik Selengkapnya
Masalahdi Semua Negara. Permasalahan keterwakilan perempuan dalam parlemen yang masih sangat terbatas sebenarnya tidak hanya dialami Indonesia. Pankaj Kumar (2017) menemukan fakta bahwa di negara-negara Arab bahwa tidak ada keterwakilan perempuan di parlemen. Negara seperti Yaman, Kuwait dan lainnya masih sangat minim keterwakilan perempuannya
AkarMasalah. Bumiputera bukan BUMN, Bumiputera juga bukan perseroan terbatas. Bumiputera adalah perusahaan swasta murni yang berbentuk mutual. Keunikan bentuk badan usaha Bumiputera memunculkan permasalahan yang berbeda antara Bumiputera dengan Jiwasraya dan Asabri dan membutuhkan solusi yang berbeda pula.

Imigrangelap pada umunya adalah subjek yang melakukan perpindahan dari suatu negara ke negara lain secara tidak sah atau tidak menurut hukum yang berlaku. Salah satu faktor yang menyebabkan mereka melakukan imigrasi secara illegal, disebabkan karena adanya permasalahan krusial yang mereka hadapi di negara asal masing - masing yang

A Latar Belakang Masalah. Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. d0cveIN.
  • 6kcdacectn.pages.dev/374
  • 6kcdacectn.pages.dev/3
  • 6kcdacectn.pages.dev/437
  • 6kcdacectn.pages.dev/108
  • 6kcdacectn.pages.dev/43
  • 6kcdacectn.pages.dev/92
  • 6kcdacectn.pages.dev/249
  • 6kcdacectn.pages.dev/167
  • masalah negara yang menjadi akar permasalahan negara lainnya adalah